Ramadhan dan Revolusi mentalitas karakter
Genap sepuluh hari sudah terlewati bulan suci ramadhan dengan segenap tugas suci yang dianjurkan oleh rosululloh untuk menghiasi kewajiban puasa dan sebagai ruang pembiasaan bagi kaum muslim untuk mengarahkan diri menuju kemampuan pengendalian diri yang optimal. Dengan harapan besar bahwa kaum muslim yang berpuasa mampu menerapkan kebiasaannya pada bulan ramadhan pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga kualitas diri secara moral terjamin kesuciannya dalam pandangan manusia dan allah subhanahu wataala.
Bulan puasa ini berbarengan dengan libur sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. di beberapa kabupaten, pemerintah daerah membuat kebijakan mengenai pemanfaatan jeda waktu liburan menjelang tahun ajaran baru yang cukup lama ini dengan memerintahkan seluruh sekolah untuk mengisinya dengan kegiatan pesantren kilat. Adapun kegiatannya dipusatkan di beberapa mesjid jami yang berdekatan dengan sekolah. Sehingga para siswa disibukkan dengan kegiatan pengajian dan taklim keagamaan. Otomatis mereka secara tidak langsung diarahkan kepada penguatan nilai-nilai keagamaan yang intensif. Dan setidaknya mereka tidak memiliki banyak waktu selama ramadhan untuk mengisinya dengan kegiatan yang tidak bermanfaat.
Fenomena ramadhan seperti ini sudah berjalan sejak dulu. Meskipun sekolah tidak libur dan tanpa kebijakan dari pemerinyah, kegiatan pesantren kilat ramadhan selalu saja berjalan disesuaikan dengan jadwal sekolah. Kegiatan ini cukup efektif dalam menumbuhkan kesadaran keberagamaan siswa dan mampu membantu sekolah dalam membangun karakter positif di kalangan civitas sekolah khususnya siswa yang beragama islam. Dan fenomena ini berhasil masuk mengisi kekosongan konten di beberapa media massa lokal.
Jika dilihat dengan pandangan yang lebih luas terhadap kebutuhan masyarakat kita terhadap momentum revolusi mentalitas karakter melalui ramadhan yang sakral, maka tidak hanya siswa siswi sekolah yang harus dicekoki dengan materi-materi keagamaan ramadhan yang nota bene mereka adalah masyarakat pendidikan. Namun lebih dari itu, berbagai elemen masyarakat lain termasuk di dalamnya masyarakat pabrik dan manajemen perusahaannya, masyarakat di dunia kesehatan, juga masyarakat islam yang menjadi bagian dari para penyelenggara negeri ini.
Keberhasilan penerapan revolusi mentalitas karakter akan berbeda manakala perubahannya dimulai dari masyarakat tingkat atas. Dengan kata lain perlakuan terhadap masyarakat bawah sama diterapkan kepada tingkat atas. Jadi sebelum pemerintah daerah membuat kebijakan tentang kegiatan ramadhan untuk siswa sekolah, alangkah baiknya jika di lingkungan pemerintahan pun demikian. Dengan warna dan bentuk kegiatan yang berbeda namun kental dengan nuansa ramadhannya. Bahkan bisa lebih dahsyat jika muncul kebijakan khusus dari pucuk pimpinan pemerintahan terkait perlakuan yang berhubungan dengan ramadhan ini diberikan kepada masyarakat yang berada di dalam organisasi pemerintahan.
Dalam kegiatan kerohanian di pemerintahan dalam hal anjuran sholat berjamaah misalnya, tidak hanya sesederhana itu namun ditambah dengan kegiatan tambahan seperti kuliah tujuh menit setiap waktu sholat dhuhur dan ashar, anjuran untuk melaksanakan sholat duha setiap kali karyawan sampai di kantor masing-masing, anjuran untuk melaksanakan tadarusan atau baca alquran bersamaan, dan masih banyak contoh kegiatan lain yang diadopsi dari kegiatan ramadhan yang diterapkan kepada siswa sekolah.
merubah dan membentuk karakter yang bermentalitas baik dan mental yang berkarakter baik tidaklah mudah. Setidaknya perlakuan-perlakuan tersebut mampu memberikan sedikit banyaknya perbedaan dalam hal kebiasaan. Semakin tinggi intensitasnya maka akan semakin besar terhadap perubahan mental dan karakter. Ketika momentum ramadhan dioptimalkan sebagai ruang untuk mengkarantina dan menggodok personil organisasi untuk memunculkan budaya organisasi positif yang terlahir dari kesucian bulan ramadhan maka pada bulan berikutnya akan terlihat akses positif sisa-sisa ramadhan dan memiliki kemumgkinan untuk berlanjut hingga ramadhan selanjutnya.
Comments
Post a Comment