CURRICULUM DEVELOPMENT IN VOCATIONAL AND TECHNICAL EDUCATION : Planning, Content, and Implementation By Curtis R.Finch and John R.Crunkilton
Book Report
CURRICULUM DEVELOPMENT IN VOCATIONAL AND
TECHNICAL EDUCATION :
Planning, Content, and Implementation
By Curtis R.Finch and John R.Crunkilton
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Model-model Pengembangan
Kurikulum
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc.
PENGANTAR
Buku:
“CURRICULUM DEVELOPMENT IN VOCATIONAL and TECHNICAL EDUCATION : Planning, Content, and
Implementation ” karya Curtis R.Finch
dan John R.Crunkilton , terbitan Allyn and Bacon Inc pada tahun 1984, terdiri dari 12 Bab dengan
jumlah halaman 352 halaman. Secara umum buku ini terdiri dari tiga bagian yaitu
:
1.
Curriculum
Development in Perspective ; terdiri dari 2 bab yang membahas
tentang ; a) Perspektif sejarah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, pandangan
terkini tentang pendidikan, serta karakteristik kurikulum pendidikan teknologi
dan kejuruan; b) Beberapa model desain
kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
2.
Planning the Curriculum; terdiri dari 3 bab yang membahas tentang: a)
Pengambilan keputusan dalam perencanaan
kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan, b) Pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan sekolah, serta c) Pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
masyarakat.
3.
Pada bagian ketiga tentang Establishing curriculum development, penulis hanya membahas 1 bab
yaitu tentang pendekatan yang digunakan dalam penetapan isi kurikulum di pendidikan
teknologi dan kejuruan.
Secara detail, identitas pengarang buku ini tidak dipaparkan, namun nama
Curtis R.Finch dan John R.Crunkilton ditampilkan pada sampul buku sebagai seorang dosen
pada Virginia Polytechnic Institute and State University.
Buku ini , oleh pengarangnya dibuat dengan maksud untuk mengisi kekosongan
akan literatur yang berkaitan dengan pendidikan teknologi dan kejuruan.Secara
umum isi buku ini difokuskan pada pengembangan kurikulum pendidikan teknologi
dan kejuruan ditinjau dari perspektif “umum”. Berbagai prinsip dan strategi
dasar-dasar pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan dihadirkan
dalam buku ini. Secara gamblang, pengarang buku ini menjelaskan tentang
karakteristik khas dari pendidikan teknologi kejuruan yang akan sangat
berpengaruh terhadap proses perencanaan dan pengembangan kurikulum.
Dalam buku ini proses pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi kejuruan
dibahas dengan cukup lengkap, mulai dari proses perencanaan, penentuan isi
kurikulum, dan implementasinya. Pengarang buku selalu mencoba membahas
bagian-bagian tersebut dikaitkan dengan karakteritik dan asumsi yang mendasari
hadirnya pendidikan teknologi dan kejuruan. Pertimbangan ini cukup beralasan,
mengingat ada perbedaan yang cukup mendasar antara pendidikan umum dan
pendidikan teknologi dan kejuruan. Buku ini memberikan gambaran yang cukup
komprehensif tentang pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan
kejuruan yang terdiri cakupan yang sangat penting, diantaranya : dimensi
kurikulum, model desain kurikulum, sistem pengembangan kurikulum, strategi
pengambilan keputusan dalam perencanaan kurikulum, penetapan isi kurikulum,
serta implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan.
Deskripsi dan pembahasan yang akan diuraikan pada laporan buku ini berpedoman
pada rumusan masalah berikut:
1.
Bagaimana tinjauan perspektif sejarah pendidikan
teknologi dan kejuruan ?
2.
Bagaimana relasi / hubungan antara pendidikan umum dan
pendidikan teknologi dan kejuruan ?
3.
Apa konsep dasar
kurikulum ?
4.
Bagaimana hubungan kurikulum dengan pembelajaran ?
5.
Apa saja karakteristik- karakteristik kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan ?
6.
Bagaimana model desain kurikulum di pendidikan teknologi
dan kejuruan ?
7.
Apa yang dimaksud pendekatan sistem dalam pengembangan
kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan ?
8.
Bagaimana strategi pengambilan keputusan dalam
perencanaan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan ?
9.
Apa saja informasi yang
dari sekolah dan masyarakat yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
kurikulum ?
10.
Bagaimana strategi penetapan isi kurikulum di pendidikan
teknologi dan kejuruan ?
Masalah pokok tersebut diusahakan dapat menggambarkan prinsip-prinsip dan
landasan-landasan yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum di pendidikan
teknologi dan kejuruan. Pemaparan deskripsi dan pembahasan tersebut berkaitan
dengan: 1) Karakteristik kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, 2) Model
desain kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, 3) Pengambilan keputusan
dalam perencanaan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan, serta 4) Strategi
penetapan isi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan ; akan mempertajam
isi dari laporan buku ini.
Buku ini tentu saja akan banyak memberikan manfaat bagi para mahasiswa yang
mendalami bidang kurikulum, khususnya kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan. Buku ini dapat dijadikan sebagai
sumber acuan dalam melakukan studi secara profesional tentang pengembangan
kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Selain itu, buku ini memberikan
arahan kepada para praktisi dalam bidang kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan untuk mencermati persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan, sehingga mampu memberikan gambaran yang komprehensif
untuk berbagai tahapan pengembangan kurikulum , mulai dari perencanaan kurikulum,
penentuan isi kurikulum, serta implementasi kurikulum di pendidikan teknologi
dan kejuruan.
DESKRIPSI ISI BUKU
Pengembangan
kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yang dibahas pada buku ini melalui
tiga tahapan utama yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi
kurikulum, dan implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tersebut, buku ini terlebih dahulu membahas tentang perspektif
historis pendidikan teknologi kejuruan.
Perkembangan pendidikan kontemporer, serta yang terpenting adalah karakteristik
pendidikan teknologi dan kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan
kurikulum di pendidikan teknologi kejuruan.
A.Perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan
1. Perspektif
Sejarah
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan
kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan salah satunya adalah pengaruh
”sejarah”. Sejarah memiliki pesan penting untuk memberikan informasi peristiwa
dulu dan menyediakan perspektif yang bermakna bagi para pengembang kurikulum.
Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan dan pengembangan kurikulum
sudah dimulai pada masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun SM. Program-program
magang yang terorganisir (apprenticeship)
dengan cara mempelajari suatu keterampilan tertentu dari seseorang yang sudah
dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas pendidikan pada saat itu. Di
lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan
membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal
penggabungan antara belajar di kelas untuk kemampuan-kemampuan dasar dan
belajar langsung di tempat kerja untuk hal-hal yang bersifat keterampilan
terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara bekerja para ahli yang
sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian
dunia lain sampai sekitar abad ke-19.
Sebenarnya ada pula usaha-usaha lain yang mencoba memberi alternatif selain
program magang, baik yang berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa
pendirian lembaga-lembaga pendidikan yang sudah bersifat agak formal.
Pemikiran-pemikiran kependidikan yang dipelopori oleh para ahli filsafat
seperti John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi inspirasi kuat
terhadap bentuk-bentuk persekolahan kuno yang mulai meninggalkan praktek magang
dan beralih ke bentuk yang lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan
mental seperti filsafat dan logika serta pendidikan kesenian.Ketika revolusi
industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih yang
murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi dari
sistem pendidikan magang yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya
relatif mahal.
Sejak saat itulah, kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk
mengusahakan perencanaan dan pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis,
termasuk salah satunya adalah pemikiran
Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yang sistematis dalam
pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan. Della yang
merupakan direktur dari ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876
di Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru dalam
pembelajaran teknik, sehingga pada saat itu Della menjadi katalis untuk
pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada saat itu Della
terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan
dengan pengajaran dalam bidang mekanik,
yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu
diupayakan suatu cara untuk memberikan pengajaran yang cukup untuk jumlah siswa
yang banyak dalam satu waktu; (c) dengan metode yang akan memberikan pelajaran
praktek di bengkel dengan pemenuhan
pengetahuan yang mencukupi, dan (d) sehingga memungkinkan guru dapat menetapkan
perkembangan siswa setiap waktu.
2.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Vs Pendidikan Umum
Sepanjang hidupnya seorang manusia mempunyai kesempatan berpartisipasi baik
dalam pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini
dilakukan akan menjadi salah satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya
mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) menggambarkan
jalinan partisipasi ini dikaitkan dengan dua tujuan penting diselenggarakannya
pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan untuk hidup dan (2) pendidikan
untuk mencari penghidupan
Gambar 1 : Education
in Our Society

Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)
3. Konsep Dasar
Kurikulum
Finch & Crunkilton
(1984 : 9), mengemukakan definisi
kurikulum sebagai .... as the sum of the learning activities and
experiences that a student has under the auspices or direction of the school”
Dari definisi tersebut dapat paling tidak ada dua point yang harus
diperhatikan, yaitu bahwa fokus utama kurikulum adalah siswa dan yang kedua
bahwa bagian dari kurikulum tidak hanya mata pelajaran akan tetapi semua aktivitas
(olah raga, klub, kegiatan kokurikuler) memiliki pengaruh yang signifikan untuk
pembentukan individu siswa yang total dan untuk mencapai efektivitas dari
kurikulum .
4.
Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
Penjelasan hubungan
antara kurikulum dan pembelajaran akan
memberikan membawa konsekuensi langsung pada perbedaan pengertian antara
perencanaan kurikulum dan perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan
hubungan keduanya sebagai berikut :
Gambar 2 :
Possible Shared
and Unique Aspects of Instructional Development
and
Curriculum Development

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan untuk mata
pelajaran yang diampunya, maka kegiatan tersebut diklasifikasikan sebagai
pengembangan pembelajaran . Di lain pihak apabila ada sekelompok guru yang
merumuskan tujuan untuk digunakan pada mata pelajaran dia sendiri atau bahkan
untuk mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka kegiatan tesebut
dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum.
5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan merupakan sistem yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki karakteristik dan kekhususan
tersendiri yang membedakannya dengan sub sistem pendidikan yang lain. Perbedaan
ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi, dan tujuan pendidikannya
saja, tetapi terlihat dari aspek lainnya yang berkaitan dengan aspek
perencanaan kurikulum . Karakteristik – karakteristik dasar dari kurikulum pendidikan
teknologi dan kejuruan yaitu :
a. Orientasi
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan
saja diukur dari pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, tetapi pada kemampuan para lulusan kelak di
dunia kerja. Asumsi tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan
kejuruan yang merupakan pendidikan untuk penyiapan tenaga kerja, maka dengan
sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju pada output atau lulusan.
b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan didasarkan pada identifikasi
kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan
teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan keberadaan
pendidikan teknologi dan kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan tenaga
kerja di lapangan. Oleh karena itu,
yang dimaksud justifikasi di sini adalah justifikasi untuk eksistensi. Pendidikan
teknologi kejuruan ”tidak layak ada” jika di lapangan tidak dibutuhkan tenaga
kerja yang akan dididik di sekolah tersebut.
c. Fokus
Fokus kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan tidak hanya pada aspek
skill / psikomotorik seperti yang dipahami sebagian masyarakat, akan tetapi
kurikulum membantu siswa untuk mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang tujuan akhirnya untuk
memberikan kontribusi untuk keberhasilan sebagai ”pekerja” atau dengan kata
lain siswa dididik untuk memiliki kemampuan yang komprehensif dan simultan
sehingga mampu menjadi pekerja yang ”produktif”. Mengembangkan salah aspek saja
bertentangan dengan hakikat anak didik sebagai suatu totalitas pribadi.
d. Kriteria
Keberhasilan di Sekolah dan Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan
suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu
keberhasilan siswa di sekolah (in-school
success) dan keberhasilan di luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yang pertama meliputi aspek
keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria
keberhasilan yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan performance lulusan setelah berada di dunia kerja.
e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat dan Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih khususnya dengan dunia
industri merupakan karakteristik yang sangat penting dalam konteks pendidikan teknologi
dan kejuruan. Peran masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama pentingnya.
Masyarakat dan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
pendidikan teknologi dan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang
menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee),
kesediaan dunia usaha menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam
program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, informasi
kecenderungan ketenagakerjaan yang selalu dijabarkan ke dalam perencanaan dan
implementasi program pendidikan.
f. Kepekaan
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki karakteristik lain
yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat pada
umumnya dan dunia kerja pada khususnya, hal ini dimungkinkan karena komitmen pendidikan
teknologi dan kejuruan yang tinggi untuk selalu berorientasi kepada dunia
kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan,
inovasi dan penemuan-penemuan terbaru dalam bidang produksi dan jasa, semuanya
itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan pendidikan teknologi dan
kejuruan. Tidak terkecuali adalah mobilitas kerja baik vertikal maupun
horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya
harus diantisipasi secara cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara isi
pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja.
g. Logistik/ Sarana Prasarana dan Pembiayaan
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan ,
ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting.
Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara lebih
realistis dan edukatif. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan yang umum
menyertai keberadaan / eksistensi pendidikan teknologi dan kejuruan, selain
pengalaman lapangan yang biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam
konteks ini, sering dipertanyakan apakah investasi yang besar di pendidikan
teknologi dan kejuruan cukup efisien dibandingkan dengan hasilnya.
B. Model Pengembangan Kurikulum
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan
Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat model desain dalam proses perencanaan kurikulum
yaitu academic model, experiential model, pragmatic model, dan technical
model.
a. Academic Model / Theoretical
Model : Model akademik memanfaatkan logika ilmiah sebagai basis dalam
penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan berdasarkan pendekatan struktur
yang sesuai dengan disiplin ilmu atau disiplin ilmu untuk membentuk isi
kurikulum. Model ini cocok untuk
para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
b. Experiential Model : berorientasi pada ”learned centered and
activity-oriented” person and process
oriented. Model ini cocok untuk pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan
dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi kegiatan perencanaan kurikulum,
dimana proses perencanaan kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi lokal
tidak boleh keluar dari ”school setting”. Model ini cocok relevan untuk diterapkan dalam konteks
pelatihan bisnis atau industri
d. Technical Model : dalam model ini pembelajaran dipandang sebagai suatu
”sistem”. ”Sistem” dapat dipahami terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol dengan
manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen seperti analisis kebutuhan,
perumusan tujuan yang spesifik, pemilihan materi, metode, dan penetapan
evaluasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Model ini
cocok diterapkan untuk proses belajar mengajar dalam pendidikan teknologi dan
kejuruan .
2. Tinjauan Sistem dalam
Pengembangan Kurikulum
Gambar 3 : Vocational
Program System

Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)
C. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama dalam
proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), menggambarkan
tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan
sebagai berikut :
Gambar 4 :
Curriculum
Development in Vocational and Technical Education

Sumber : Finch
& Crunkilton (1984 : 21)
1.Pengambilan
Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum
Dalam konteks pengambilan keputusan untuk perencanaan kurikulum ada lima
tahapan yang dilakukan :
a.
Mendefinisikan masalah dan
mengklarifikasikan beberapa alternatif pemecahan masalah; tahap ini merupakan tahap yang cukup kritis dalam
mendefinisikan suatu masalah. Pada tahap ini apabila suatu masalah dapat
“didefinisikan dengan baik” maka pemecahan masalah melalui alternatif yang mungkin dapat diidentifikasi dan diklarifikasi.
Sebagai contoh, suatu community college menawarkan 4 program yang berbeda untuk
pendidikan teknologi dan kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat program
tersebut dapat dikumpulkan dan diklarifikasi dan dianalisis secara simultan
untuk memutuskan mana diantara keempat program tersebut (jika tidak diambil
semuanya) harus diimplementasikan.
b.Menetapkan standar dari masing-masing alternatif ; kalau pada tahap pertama beberapa alternatif
diklarifikasi, maka pada tahap kedua atau selanjutnya adalah membuat standar
dari masing-masing alternatif tersebut. Penetapan standar akan membantu para
pengambil keputusan untuk menentukan alternatif yang paling mungkin untuk
ditawarkan dan sumber daya apa yang perlu disediakan. Standar akan membantu
para pengembang kurikulum dalam penetapan dan operasinalisasi dari program
pendidikan teknologi dan kejuruan yang berkualitas.
c.
Pengumpulan data yang berhubungan
dengan sekolah dan masyarakat untuk didampingkan dengan standar yang ada; setelah ditetapkan standar pada tahap kedua, data
sekarang dapat diidentifikasi dan dikumpulkan untuk masing-masing alternatif. Data akan dibutuhkan untuk dikumpulkan dari
dua sumber yaitu sekolah dan masyarakat.
d.Analisis Data; Pada tahap keempat, perencana kurikulum harus dengan objektif
menganalisis seluruh data dari standar yang telah ditetapkan tersebut. Pada
tahap ini dilakukan kegiatan merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan
mempersiapakn data dalam bentuk form yang dapat digunakan pada saat pengambilan
keputusan tiba. Situasi ini mungkin terjadi pada saat tahap yang memerlukan
data tambahan yang tidak bisa dikumpulkan, sehingga ketetapan data harus dibuat untuk pengumpulan data sebelum
seluruh data dapat dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara akurat.
e. Memutuskan alternatif mana yang dapat mendukung pada data; Tahap kelima merefresentasikan tahap akhir dari proses
pengambilan keputusan. Pada tahap ini, beberapa alternatif dapat diabaikan
seperti data yang tidak layak atau menerima
data yang layak yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum.
Dalam beberapa kasus, hanya satu alternatif
yang mungkin dipilih dari beberapa kemungkinan. Atau semua alternatif
mungkin dianggap tidak sesuai. Akan tetapi dalam kasus lain , semua
alternatif dianggap layak.
2. Pengumpulan Informasi yang Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh para perencana kurikulum di pendidikan
teknologi dan kejuruan adalah ”school setting”. Hal ini harus diperhatikan
mengingat tujuan utama dari proses pembelajaran di pendidikan teknologi dan kejuruan
adalah mempersiapkan siswa untuk sukses sebagai “pegawai” di dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sistem yang mempengaruhi proses
pembelajaran di sekolah. Beberapa faktor
yang yang berkaitan tersebut yaitu :
a.
Tingkat droupout dan berbagai alasan yang mendasarinya; para perencana
kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yang secara tidak langsung
menggambarkan kecenderungan minat dari peserta didik.
b.
Ketertarikan pada karir / jabatan pekerjaan; untuk menilai kecenderungan pada
karir ini bisa dilakukan dengan cara melalukan berbagai tes yang akan mampu
menggambarkan minat/ kecenderungan peserta didik terhadap bidang pekerjaan
tertentu. Tes yang dapat dilakukan antara lain : standardized achievement test.
c.
Ketertarikan dan concern orang
tua siswa;keterlibatan orang
tua siswa menjadi hal yang penting dalam menentukan program pembelajaran di
sekolah. Concern orang tua akan
sangat mempengaruhi terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan
”masukan” dari para orang tua siswa.
d.
Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan di pasar kerja merupakan
tujuan utama dari program pendidikan teknologi dan kejuruan, oleh karena itu
para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa lama masa
tunggu kerja lulusan dan seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e.
Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan
kecenderungan pasar kerja pada masa yang akan datang. Kecenderungan ini akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi akan menuntut
untuk membuka program studi baru
misalnya ICT atau pembelajaran perlu
diorientasikan dengan memanfaatkan teknologi tersebut.
f.
Penilaian terhadap ketersediaan
fasilitas; dalam konteks
pendidikan teknologi dan kejuruan,
fasilitas memegang peranan penting. Dengan fasilitas yang memadai akan
sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan
untuk bekerja mengindikasikan fasilitas yang idealnya sesuai dengan tuntutan
pekerjaan yang ada.
3. Pengumpulan Data yang Berkaitan dengan Masyarakat
a.
Keadaan masyarakat; yang dimaksud perkembangan masyarakat di sini antara
lain keadaan geografis dimana sekolah tersebut berada, kecenderungan jumlah
penduduk, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
b.
Arah dan proyeksi bidang
ketenagakerjaan; meliputi
bidang-bidang pekerjaan yang muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c.
Keseimbangan “supply-demand”
tenaga kerja; para perencana
kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,dengan harapan jumlah lulusan yang
dihasilkan disesuaikan dengan jumlah pekerjaan yang ada sehingga tidak terjadi
pengangguran .
D.
Penetapan Isi Kurikulum
1. Faktor yang
Mempengaruhi Isi Kurikulum
Berbagai faktor yang menentukan terhadap isi
kurikulum paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan :
a. Relevansi isi
kurikulum dengan konteks pendidikan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang menyangkut dukungan masyarakat kependidian,
ketersediaan tenaga guru dan jajaran kependidikan yang lain untuk mendukung
implementasi kurikulum, kualitas masukan calon siswa dan aspirasi
pendidikannya, dan juga hal-hal yang menyangkut administrasi akademik pelaksanaan
kurikulum tersebut.
b. Relevansi
kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan daya dukung masyarakat dunia kerja
baik dalam hal ketersediaan bantuan fisik maupun non fisik, kemungkinan
pengumpulan sumber informasi untuk masukan perencanaan dan penyempurnaan
kurikulum, serta ketersediaan masyarakat dunia usaha dan dunia industri untuk
membantu sebagai anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
penentuan isi kurikulum adalah masalah
kebutuhan individu peserta didik yang untuk berbagai jenjang pendidikan akan
sangat berbeda.
2.Strategi Penetapan Isi Kurikulum
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi / pendekatan
yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a.
Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan oleh para ahli
kurikulum di Canada . DACUM (Developing A
Curriculum) pada awalnya merupakan proyek bersama antara Departemen Tenaga
Kerja dan Imigrasi dengan General
Learning Corporation di Canada, tetapi kemudian diseminasinya dilaksanakan
di banyak lembaga pendidikan kejuruan.Pada sistem ini, isi kurikulum digagas
oleh para pengusaha atau pekerja dari industri dan dunia usaha tanpa melibatkan
personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam penentuan
isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan memiliki relevansi yang tinggi
dengan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya guru dan instruktur yang sehari-hari
terlibat dalam mengajar saja kurang dapat memberikan kontribusi yang positif.
Keunikan dari proses identifikasi isi kurikulum dengan pendekatan DACUM ini
adalah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus ditargetkan
sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut, bukan
terbatas hanya pada inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang
akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi juga sampai pada tingkat kemahiran
atau kompetensi sesuai dengan apa yang diperlukan dalam situasi kerja yang
nyata. Ini adalah kelebihan dari cara pendekatan yang seluruhnya melibatkan
pihak pengusaha dari industri dan dunia kerja.
b.
Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa anak didik
yang belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan harus mempelajari
fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu
industri atau dunia usaha tertentu, dan kemudian dijabarkan menjadi
penampilan-penampilan (performance)
yang terkait dengan fungsi atau tugas tertentu.untuk dijadikan masukan bagi perencana
kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini adalah dimulai dengan
identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang
kemudian dapat dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap
fungsi, untuk kemudian dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan yang harus
dimiliki oleh orang yang akan mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Kompetensi ini dirumuskan baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan dengan tingkat yang bervariasi.
c.
Pendekatan Analisis Tugas; dalam pendekatan ini, isi kurikulum diambil dari
aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yang dijabarkan langsung
dari deskripsi pekerjaan atau deskripsi tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai
contoh konsorsium pendidikan kejuruan di Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa
negara bagian sudah banyak mengembangkan kurikulum program studi kejuruan yang
didasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu
diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur dan
informasi yang relevan, (2) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (3)
Memilih sampel atau contoh pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei
atau penelitian di lapangan; (5) menganalisis hasil survey untuk dijabarkan
menjadi kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah . Dari langkah kelima ini,
hasil survey analisis tugas, kemudian diorganisir dan diolah sehingga menjadi
bahan acuan dalam penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan dengan cara analisis zona (zone analysis) dan analisis isi (content analysis). Yang pertama
melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan kelompok mata
pelajaran yang dibagi menjadi kelompok spesialisasi, kelompok penunjang, dan
kelompok dasar, masing-masing dengan proporsi yang harus dipikirkan dengan
matang. Yang kedua menyangkut penjabaran rincian hasil analisis tugas menjadi
materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan
instruksional dan pengadaan materi instruksionalnya, baik yang berupa lembar
informasi, lembar kerja, lembar tugas, dan lembar pengamatan.
d.
Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para
ahli filsafat menjadi faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara
praktis dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang kemudian mendasari segenap sikap dan
perbuatannya. Dalam literatur banyak sekali dijumpai pernyataan-pernyataan
filosofi yang berkenaan dengan pendidikan teknologi dan kejuruan dan dari
pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dapat dijadikan petunjuk menentukan isi
kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan
harus menekankan penyesuaian anak didik dengan jenis pekerjaan yang ada di
lapangan kerja, maka isi kurikulumnya bisa diramalkan akan sangat didominasi
oleh penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional seperti bagaimana beradaptasi
dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas pekerjaan, dan
kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human
relations skill).
e.
Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada hasil pemikiran perorangan
atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran dan perasaan dari mereka yang
terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan,
seperti misalnya para guru dan administrator yang sehari-harinya bekerja di
lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya
pemikiran ini dimulai dengan mempelajari apa yang selama ini sudah berjalan,
mungkin dilengkapi dengan data komparatif dengan program yang serupa di tempat
lain dalam suatu negara maupun dibandingkan dengan orang lain meskipun lewat
literatur.
PEMBAHASAN
Buku: “CURRICULUM DEVELOPMENT IN
VOCATIONAL and TECHNICAL EDUCATION :
Planning, Content, and Implementation ”
karya Curtis R.Finch dan John R.Crunkilton, berisi pemikiran yang dapat
dijadikan sumber acuan dalam mengembangkan kurikulum di pendidikan teknologi
dan kejuruan . Buku ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang mendalami
bidang kurikulum yang dapat memberikan pengayaan dalam perjalanan melakukan
studi secara profesional tentang pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi
dan kejuruan.
A.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
dalam Perspektif Sejarah
Perspektif sejarah dalam paparan buku ini memberikan pengaruh yang cukup
kental pada perkembangan pendidikan teknologi
dan kejuruan pada masa sekarang. Sebagaimana kita tahu bahwa Victor Della Vos
(dengan 4 asumsi tentang pendidikan teknologi dan kejuruan) merupakan tokoh
penting dalam perkembangan pendidikan teknologi kejuruan yang telah meletakkan
landasan yang kuat dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan teknologi
dan kejuruan di Indonesia; diantaranya prinsip education in short, orientation,
multi entry multi exit, demand driven, cross dicipline, dan forward technology (Soekamto : 1988).
Berangkat dari kajian sejarah ini pula, keberadaan pendidikan teknologi dan
kejuruan kaitannya dengan pendidikan umum, dapat memberikan penjelasan yang
cukup mendasar tentang tujuan dari masing-masing pendidikan tersebut. kedua aspek
tujuan pendidikan dalam masyarakat tersebut terjalin erat dan tidak mudah
dipisahkan satu sama lain. Komponen yang satu harus selalu dilihat dalam
kaitannya dengan komponen yang lain. Pemisahan dua tujuan pendidikan menurut
para ahli di atas, mungkin akan mendorong ke penegasan tentang dualisme antara
pendidikan umum dan pendidikan kejuruan . Tetapi sebenarnya permasalahnnya
lebih kompleks dari yang tergambar dan pemisahan yang lebih bersifat
teoritis-konsepsional tersebut akan sulit diamati secara objektif dalam
kehidupan yang real. Tetapi adanya pemisahan tersebut dapat mengawali pemikiran
tentang bagaimana hubungan antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
sebagai sub sistem dengan pendidikan secara keseluruhan.
Begitupun dengan Konsep dasar kurikulum
di pendidikan teknologi dan kejuruan berkembang sejalan dengan perkembangan
teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori
pendidikan yang dianutnya. Dari pemahaman isi buku, penulis sepakat dengan
pendapat Finch & Crunkilton bahwa ada dua fokus pada kurikulum yaitu siswa
itu sendiri dan juga kurikulum harus mampu menyediakan pengalaman belajar tidak
hanya terbatas di sekolah tapi juga di luar sekolah. Pengertian ini sejalan
pula dengan pendapat Oliva dalam bukunya Developing
Curriculum (1992: 3) bahwa kurikulum adalah rencana atau program yang
menyangkut pengalaman yang dihayati anak didik di bawah pengarahan sekolah.
Substansi dari pengertian cocok untuk diterapkan dalam konteks pendidikan
teknologi dan kejuruan, dimana keberhasilan proses pembelajaran dinilai dalam
dua kriteria yaitu in school-success
dan out of school-success .
Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran dalam pendidikan teknologi dan
kejuruan, apabila dibandingkan dengan model yang dikemukakan oleh Oliva
(1992) masuk kategori interlocking model ; model ini secara
jelas mendemonstrasikan suatu hubungan terpadu di antara keduanya. Keberadaan hubungan yang saling bertautan satu sama lain
terjadi ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukkan suatu jalinan sistem.
Secara lebih tegas Soekamto (1988 : 7) menegaskan bahwa mungkin tidak terlalu
salah apabila dikatakan bahwa kegiatan perencanaan kurikulum dan pengajaran
adalah dua tingkat yang berbeda dari satu kegiatan yang sama. Perencanaan
kurikulum berada pada tingkat yang lebih tinggi , sedangkan kegiatan
perencanaan pembelajaran (instructional
planning) berada / terjadi pada tingkat atau scope yang lebih rendah.
Keduanya akan bertemu dan saling berkaitan erat manakala keberhasilan belajar
tiba saatnya dievaluasi, karena pada tahap ini, baik isi dan struktur kurikulum
serta proses dan materi pembelajaran akan dinilai dengan kriteria yang sama ,
yaitu sejauh mana keduanya mampu membantu anak didik mengembangkan potensinya
secara optimal.
Point terakhir yang perlu disoroti
dalam bagian ini adalah tentang karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan
yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu. Satu point yang perlu penulis
tanggapi adalah masalah pembiayaan. Ada satu pendapat bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk pendidikan teknologi dan kejuruan yang relatif besar tidak
sepadan dengan kualitas lulusannya. Memang berbagai studi tentang hubungan
antara biaya dengan hasil guna pendidikan (cost-benefit
analysis) mengungkapkan temuan bahwa
secara ekonomis biaya untuk pendidikan teknologi dan kejuruan lebih mahal dari
biaya untuk pendidikan umum. Dalam hal ini haruslah diingat bahwa perbandingan
biaya tidak harus ditafsirkan sebagai indikator pengalokasian biaya yang
keliru. Jelasnya indeks biaya yang berbeda tidak membuktikan bahwa program yang
satu lebih baik dari program yang lain, sehingga program yang murah harus lebih
dikembangkan dari pada program yang lebih mahal unit biayanya. Hasil temuan
studi semacam ini seharusnya menjadi masukan dalam segi perencanaan dan
realokasi pembiayaan penyelenggaraan program pendidikan, karena itulah maksud
yang semula direncanakan.
B. Model Desain Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan
Ada empat model desain kurikulum
yang diatawarkan oleh Finch & Crunkilton yaitu model akademik, pragmatik,
ekperensial, dan teknik. Secara tegas Finch & Crunkilton mengemukakan bahwa
technical model adalah model desain
kurikulum yang paling cocok diterapkan di pendidikan teknologi dan kejuruan.
Model ini dipandang cocok karena menggunakan pendekatan sistem, dimana setiap
komponen baik yang berkaitan dengan ”school setting” dan ”community setting”
akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan teknologi dan kejuruan. Dari sudut
pandang yang lain, model desain kurikulum ini apabila dibandingkan dengan model
yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2006) hampir sama dengan model teknologis
yang pada dasarnya mempergunakan pendekatan sistem.
C. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
Dalam konteks perencanaan kurikulum
di Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ada dua isu besar yang harus diperhatikan,
yaitu perencanaan kurikulum di tingkat mikro dan makro. Dalam bahasa Finch dan
Crunkilton kedua isu besar tersebut pada dasarnya adalah suatu proses
pengambilan keputusan dengan memperhatikan informasi dari sekolah (school related data) dan informasi dari
masyarakat (community related data).
Proses pengambilan keputusan
perencanaan dan pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan
haruslah menyangkut koordinasi yang harmonis antara aspek perencanaan di
tingkat makro dan mikro ini. Dengan kata lain, terlebih dahulu harus diketahui
dengan jelas dimensi permasalahan yang harus ditangani oleh masing-masing level
pengambilan keputusan. Suatu kerangka pemikiran operasional ditawarkan oleh
Beane (1986), yang membedakan tugas perencanaan kurikulum menjadi tiga
tingkatan, yaitu perencanaan kurikulum di tingkat makro dan mikro, pengembangan
kurikulum di tingkat makro, dan pembelajaran di tingkat mikro.
Apabila diklasifikasikan , kebutuhan informasi yang relevan untuk
perencanaan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 1 :
Sumber Data
yang Relevan Untuk Perencanaan Kurikulum
di Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan
|
No
|
Jenis informasi
|
Kemungkinan Sumber Data
|
|
|
Sekolah
|
Masyarakat
|
||
|
1
|
Enrollment
|
·
Minat siswa
·
Kemampuan siswa
·
Trend siswa baru
·
Tingkat droup out
·
Aspirasi orang tua
|
·
Trend demografik
·
Pertumbuhan industri
·
Kebutuhan masyarakat
·
Mobilitas pekerjaan
·
Program yang sudah ada di masyarakat
|
|
2
|
Sarana dan Prasarana
|
·
Fasilitas yang ada
·
Kemungkinan ekspansi
·
Dana dan dukungan lain yang tersedia
·
Up grading bengkel / laboratorium yang ada
|
·
Fasilitas bersama
·
Kemungkinan memakai fasilitas luar sekolah / dunia usaha
·
Kemungkinan kerjasama dengan pihak lain
|
|
3
|
Prospek kerja
|
Studi pelacakan lulusan sekolah
|
·
Bursa lapangan kerja
·
Trend demografik
·
Proyeksi kesempatan kerja
·
Angkatan kerja yang ada
|
D. Penetapan Isi Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
Berdasarkan uraian dari bab II,
tentang berbagai pendekatan dalam penetapan isi kurikulum pendidikan teknologi
dan kejuruan, penulis berpendapat bahwa tidak dapat dikatakan dengan tegas mana
yang paling baik, karena banyak faktor yang terkait dengan kelayakan pemakaian
masing-masing pendekatan . Sebagai contoh; ditinjau dari segi falsafah
pendidikan teknologi dan kejuruan, pendekatan task analysis mungkin yang paling
idealisme tentang kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Tetapi
ditinjau dari peranan pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai sarana
pengembangan sumber daya manusia, ada pertimbangan tertentu yang menyebabkan
pendekatan yang terlalu didikte oleh kebutuhan industri ini, tidak begitu
populer di negara yang sedang berkembang di samping faktor baiya, proses, juga
struktur industrinya yang belum mapan untuk dapat disurvei secara sistematis.
Selain
pendekatan dalam menentukan isi kurikulum seperti yang sudah dikemukakan di
atas, dalam menentukan isi kurikulum ada beberapa faktor yang perlu
diperhatiakn (Nana Syaodih: 2006) yaitu : perkembangan ilmu pengetahuan,
karakteristik perkembangan anak, serta konsep-konsep modern tentang hakikat
pengalaman belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi isi buku dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan
kejuruan pertama kali dirintis oleh Victor Della Vos (1876) , dengan
mengemukakan beberapa prinsip pendidikan teknologi dan kejuruan diantaranya
: (a) pendidikan ditempuh dalam waktu yang
sesingkat mungkin (in short education);
(b) selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan pengajaran yang cukup untuk
jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu; (c) metode yang digunakan diharapkan
memberikan pelajaran praktek di bengkel
dengan tidak mengabaikan pemenuhan pengetahuan yang mencukupi, dan (d)
guru diharapkan selalu mengevaluasi perkembangan siswa setiap waktu.
2.
Dualisme antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
lebih dilihat dalam dimensi yang bersifat teoritis-konsepsional . Pada kenyataannya
kedua jenis pendidikan tersebut diamati
secara objektif dalam kehidupan yang real, tidak ada pemisahan yang ekstrim. Pendidikan
umum dan pendidikan kejuruan merupakan sub sistem dari pendidikan secara keseluruhan.
3.
Kurikulum dipandang sebagai rencana atau program yang
menyangkut seluruh pengalaman siswa (sekolah dan di luar sekolah) memiliki
pengaruh yang signifikan untuk pembentukan individu siswa yang total dan untuk
mencapai efektivitas dari kurikulum .
4.
Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran lebih
dipandang sebagai interlocking model,
dimana Keberadaan hubungan yang saling bertautan satu sama lain terjadi ketika
kurikulum dan pembelajaran menunjukkan suatu jalinan sistem yang tidak dapat
dipisahkan.
5.
Karakteristik kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah orientasi, justifikasi
untuk eksistensi, fokus, dual criteria,
kepekaan, hubungan dengan masyarakat dan pemerintahan, serta masalah logistik
dan pembiayaan.
6.
Model desain kurikulum di pendidikan teknologi dan
kejuruan terdiri dari empat jenis yaitu academic
model, experiential model, pragmatic model, dan technical model.
7.
Pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum di
pendidikan teknologi dan kejuruan pada dasarnya selalu mempertimbangan berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan.
Sistem yang dimaksud dalam konteks ini diantaranya input (siswa), Process/Tranformation (vocational program), output (lulusan),
dan environtment (sekolah,
masyarakat, dunia usaha dunia industri).
8.
Dalam konteks pengambilan keputusan untuk perencanaan
kurikulum ada lima tahapan yang dilakukan :mendefinisikan masalah dan
mengklarifikasikan beberapa alternatif pemecahan masalah, menetapkan standar
dari masing-masing alternatif, pengumpulan
data yang berhubungan dengan sekolah dan masyarakat untuk didampingkan dengan
standar yang ada, dan analisis data.
9.
Informasi yang berkaitan dengan sekolah yang harus
dijadikan pertimbangan dalam perencanaan kurikulum yaitu tingkat droupout,
ketertarikan pada karir, aspirasi orang tua, dan keberlanjutan lulusan.
Informasi yang berkaitan dengan masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan kurikulum diantaranya: keadaan masyarakat, arah dan proyeksi bidang
ketenagakerjaan, serta kesimbangan ”supply-demand” tenaga kerja.
10.
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penetapan isi
kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu pendekatan DACUM,
fungsional, filosofis, interpretatif, dan task
analysis.
Comments
Post a Comment