NIKMATI HIDUP, KUASAI KECAKAPAN HIDUP
NIKMATI HIDUP, KUASAI KECAKAPAN HIDUP
A. Mengembangkan diri
melalui kecakapan hidup
Dalam
upaya perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan dinamika kebutuhan masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal
dan Informal (Ditjen PNFI) menetapkan kebijakan pembangunan dan merencanakan
program yang diharapkan mampu memberikan konstribusi signifikan dalam pemecahan
berbagai permasalahan bangsa khususnya di bidang pendidikan nonformal dan
informal dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia Indonesia.
Guna
mewujudkan visi visi Ditjen PNFI yakni: “terwujudnya manusia pembelajar
sepanjang hayat”, pendidikan nonformal dan informal mempunyai misi untuk
memberikan layanan pendidikan nonformal dan informal yang merata, bermutu, dan
menjangkau sasaran yang tak terlayani dengan menyelenggarakan pendidikan anak
usia dini, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan pemberdayaan perempuan dan pendidikan
kecakapan hidup.(Dirjen PNFI, 2009, h. 1)
Kecakapan
hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Sedangkan broling, mengungkapkan kecakapan hidup adalah interaksi berbagai
pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki seseorang sehingga
mereka dapat hidup mandiri. Kecakapan hidup dapat dipilih menjadi empat jenis
yaitu;
1) Kecakapan
personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri,
kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.
2) Kecakapan
sosial (social sklil) seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang
rasa, dan tanggung jawab sosial.
3)
Kecakapan akademik (academic skill) seperti kecakapan dalam melakukan
penelitian, percobaan percobaan dengan pendekatan ilmiah.
4) Kecakapan
vocasional (vocasional skill) adalah kecakapan yang berkaitan dengan
suatu bidang kejujuran/keterampilan tertentu seperti di bidang perbengkelan, jahit
menjahit, peternakan, pertanian, produksi barang tertentu.
Keempat kecakapan
tersebut dilandasi oleh kecakapan spiritual yakni keimanan, ketakwan, moral, etika
dan budi pekerti. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada
pembentukan manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil sehat dan mandiri. Dalam
penelitian ini, kecakapan hidup yang dimaksud difokuskan pada kecakapan
vocasional.
Salah satu
unggulan pendidikan nonformal yang merupakan kontribusi pendidikan dalam dalam
mengatasi pengangguran dan pengantasan kemiskinan adalah pendidikan kecakapan
hidup. Program pendidikan kecakapan hidup memiliki nilai strategis karena
mempunyai kelompok sasaran masyarakat kurang mampu dan pengangguran. Program
ini mempunyai tantangan yang berat secara ekonomi, sosial maupun budaya karena
sasaran program ini terpokus kepada usaha untuk menentaskan masyarakat marginal
agar bisa hidup secara mandiri. Untuk itu diperlukan strategi yang konprehensif,
simultan dan berkelanjutan yang melibatkan partisipasi aktif dari stake holder
terkait untuk mencapai tujuan dari akhir dari program ini.
Pendidikan
kecakapan hidup mempunyai spektrum yang sangat luas baik subjek dan objeknya,
untuk itu pembatasan kelompok sasaran peserta program untuk masyarakat miskin, tidak
sekolah dan masyarakat marginal lainnya dilakukan untuk mempokuskan out put program yaitu, (1) untuk memberikan keterampilan
bekerja dan (2) untuk mendorong peserta
berusaha mandiri. Dimana kedua tujuan akhir dari pendidikan kecakapan hidup
tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan produktivitas
hidup untuk meningkatkan pendapatan, kesejahtraan dan produktivitas hidup
masyarakat marginal dalam meningkatkan kemampuan sosial ekonominya.
Ruang
lingkup kecakapan hidup yang harus diberikan adalah:
1. Kecakapan pribadi,
yang terkait dengan pengembangan potensi diri peserta didik secara menyeluruh.
2. Kecakapan sosial,
merupakan pengembangan kemampuan sosial peserta didik untuk mengenal untuk
mengenal lingkungan hidupnya, caa bekerjasama, dan berkomunikasi yang baik.
3. Kecakapan akademik,
merupakan pengembangan kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berguna bagi produktifitas peserta didik.
4. Kecakapan vokasional,
penguasaan terhadap keterampilan berusaha sehingga membuka, mengelola usaha
yang berupa produk barang maupun jasa untuk sumber kehidupan peserta menuju
profesionalisasi profesi.
Kecakapan
profesional dan sosial merupakan kecakapan umum, yang berarti setiap orang
wajib memilikinya, sedangkan kecakapan akademik dan vokasional bersifat tidak
wajib tetapi tetap dianjurkan dengan batas minimal tertentu.
Untuk mampu
memberikan kecakapan hidup kepada masyarakat marginal sebagai kelompok sasaran
peserta, proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup bertumpu pada:
1. learning to know,
merupakan proses pembelajaran untuk mengetahui, memahami dan menguasai
keterampilan tertentu untuk bekal kehidupannya.
2. learning to do,
proses pembelajaran untuk dapat berbuat sesuatu atau mengerjakan sesuatu untuk
kehidupannya maupun lingkungan sekitarnya.
3. learning to be,
merupakan pembelajaran untuk dapat memberikan makna pada lingkungan sekitarnya.
4. learning to life
together, merupakan proses pembelajaran untuk mengenal lingkungan dan untuk
hidup saling menghargai dan hidup bersama satu dengan yang lainnya.
Dan
dalam implementasinya para sukarelawan, tutor, fasilitator, atau apapun
namanya, dapat berperan sebagai agen perubahan melalui membantu masyarakat
untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan hidup yang bersifat genting dan begitu
dibutuhkan oleh mereka dengan tahapan sebagai berikut: mengidentifikasi
kebutuhan mereka, memfasilitasi dalam sesi pengumpulan informasi dan membantu
mereka untuk mengevaluasi perkembangannya sendiri.(Peace Corps, 2004)
B. Pola Spektrum
Berdasarkan data yang dihasilkan melalui penelitian yang dilakukan oleh
ACCU APPEAL, bahwa benua ASIA FASIFIK memiliki percepatan perekonomian yang
begitu mengagumkan. Tetapi sangat paradox dengan apa yang ada di
lapangan bahwa ada 612 anak-anak dan dewasa yang termasuk ke dalam angka
illiterasi. Di samping itu pula ada
lebih dari 60 juta jiwa yang putus sekolah. Dengan landasan ini, hak mereka
untuk mendapatkan pendidikan harus dipenuhi dengan tujuan untuk memperoleh
kecakapan hidup dan peningkatan martabat mereka sendiri. Untuk itu, maka dalam
konferensi DAKAR, ditentukan tiga tujuan pokok yang salah satunya adalah
memastikan bahwa kebutuhan belajar seluruh remaja dan dewasa harus dihasilkan
melalui akses yang pantas kepada pembelajaran yang khusus dan program kecakapan
hidup.(Medel-AƱonuevo, 2002,h.263)
Adapun program pendidikan kecakapan hidup
yang dilaksanakan di Indonesia memiliki spektrum sebagai berikut:
a. Perluasan lapangan kerja
pedesaan
Agar
pendidikan kecakapan hidup berpotensi unggulan maka harus dilakukan secara
spesifik sesuai karakter masyarakat. Ini karena masyarakat dan daerah pedesaan
tertentu memiliki tipologi yang berbeda-beda dengan masyarakat kota, maka
pendidikan kecakapan hidup yang diberikan juga harus dilakukan secara spesifik.
Dilihat dari aspek kecakapan hidup yang dapat diberikan kepada masyarakat, maka
terbagi kepada:
- Target
tingkat peserta didik adalah masyarakat pedesaan yang budaya hidupnya
sederhana dan mempunyai ketergantungan pada kondisi alam.
- Tingkat
pendidikan peserta didik rata-rata rendah , sehingga desain pelaksanaan
pendidikan kecakapan hidup yang diberikan harus sederhana dan disesuaikan
dengan pemanfaatan potensi daerah yang ada seperti: pertanian, perkebunan,
budidaya perikanan dan lain-lain.
- Tingkat
kekerabatan masyarakatnya tinggi, sehingga partisipasi aktif tokoh
masyarakat, agama dan pemegang kekuaran ekonomi desa setempat harus
diintegrasikan.
- Jenis
keterampilan yang akan diberikan kepada masyarakat sasaran sebagian besar
diorientasikan untuk membangun kemandirian berusaha dalam memanfaatkan
potensi desa khususnya di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kerajinan.
b. Perluasan lapangan kerja
perkotaan
Pendidikan kecakapan hidup untuk masyarakat perkotaan juga mempunyai ciri khusus sejalan dengan budayanya. Masyarakat kota mempunyai kompleksitas
kehidupan yang lebih dinamis, karena perkembangan ilmu pengetahuan lebih cepat
dirasakan oleh mereka. Sebagai daerah urban, mereka memiliki kompleksitas
kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Oleh karena itu, dalam pendidikan
kecakapan hidupnya pun harus lebih kompleks.
Untuk itu, beberapa karakteristik pendidikan yang dapat
dilakukan adalah:
- Targetnya
adalah masyarakat urban yang miskin dan tidak mempunyai keterampilan yang
cukup untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan formal di industri.
- Jenis
keterampilan yang diberikan adalah penguasaan pada keterampilan tertentu
yang dapat memberikan pelayanan/ jasa kepada masyarakat, seperti komputer,
otomotif, tataboga, tatarias, tatabusana, kerajinan tangan dan lain
sebagainya.
- Desain
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup harus integratif dengan melibatkan
seluruh lembaga pendukung sehingga masyarakat mampu menjadi trampil dan
mampu bekerja di dunia usaha atau menjadi wirausaha.
- Kemitraan
dengan lembaga pendukung dari sisi informasi pemasaran, penyaluran tenaga
kerja, lembaga keuangan bank maupun non bank dan lembaga pemberdayaan
masyarakat akan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan kecakapan hidup
masyarakat perkotaan.
c. Pengembangan ICDL dan sertifikasi internasional
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh
melalui berbagai strategi. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang
didesain khusus untuk memberikan kecerdasan tertentu kepada peserta didik.
Kekhususan ini terutama atas penguasaan kecerdasan atau keterampilan tertentu
yang berstandar internasional sehingga peserta mampu bersaing dalam pasar
tenaga kerja internasional.
Dalam kerangka tersebut, Ditjen PLS mempunyai program
pengembangan literasi komputer ICDL, untuk sertifikasi ICDL. Langkah
implementatif yang dilakukan adalah dengan mengembangkan Approved Test Center
ICDL di 71 SKB/BPKB dan BPPLSP. Dengan ini nanti UPTD pusat akan menjadi pusat
pengembangan program literasi komputer sekaligus test sertifikasi ICDL.
C. Pengembangan OKOP
dan OCOP
Salah satu program yang akan dikembangkan selama tahun 2007
melalui penguatan dan peningkatan mutu program pendidikan kecakapa hidup adalah
dikembangkannya program OKOP (one kampoeng one product) dan OCOP (one community
one product). Konsepsi masing-masing adalah sebagai berikut:
- Dasar
pemikiran
Kekayaan alam kita sangat besar baik di darat maupun di
laut, di desa maupun kota. Sebagai
modal dasar untuk pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, kekayaan alam harus
dijaga secara optimal dengan melestarikannya. Adapun faktor utamanya adalah
diperlukan SDM yang berkualitas yang memiliki kecakapan dan keterampilan
inovatif sehingga menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu bersaing
di pasar nasional dan internasional.
- Kebijakan
a. Pengembangan program
pendidikan Kecakapan Hidup dengan model okop yang berbasis pada pengembangan
potensi pedesaan, sedangkan ocop berbasis pada pengembangan potensi perkotaan.
b. Pelaksanaan model
pendidikan kecakapan hidup dengan kedua program tersebut dilakukan dengan
analisis sosioekonomis potensi unggulan daerah, berorientasi pasar,
meningkatkan kesejahteraan hidup secara berkesinambungan, dan kemitraan dengan
pemegang pasar, permodalan dan jaringan distribusi.
c. Penjaminan mutunya
dilakukan dengan penguatan kelembagaan usaha melalui kemitraan antara tokoh
masyarakat, pemda, pengusaha lokal dan kelompok masyarakat sebagai peserta
didik.
- Tujuan
a. Memberdayakan
masyarakat sasaran PLS di desa dan kota melalui pendidikan kecakapan hidup
untuk menghasilkan product unggulan lokal.
b. Mewujudkan unggulan
produk lokal yang mempu meningkatkan produktifitas masyarakat melalui
pendekatan pendidikan kecakapan hidup yang terpadu.
- Sasaran.
a. lembaga pelaksanaan
adalah satuan pendidikan luar sekolah yang mempunyai workshop dan jaringan
kerja dalam pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat desa dan kota.
b. Peserta adalah
masyarakat kurang mampu atau miskin di daerah desa atau perkotaan, pengangguran
usia produktif, masyarakat putus sekolah atau tidak melanjutkan yang tidak
memiliki keterampilan, dan masyarakat umum yang membutuhkan.
c. Hasil adalah adanya
produk unggulan di desa dan kota yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dan
mengisi kesempatan kerja pada dunia industri dan usaha.
- Program.
Untuk mengembangkan pendidikan kecakapan hidup dengan OKOP
dan OCOP ini, maka ada program yang strategis sebagai berikut:
- Mengembangkan
model program pendidikan kecakapan hidup yang berbasis desa dengan model
OKOP, dan kota dengan model OCOP.
- Penguatan
kelembagaan pelaksana OKOP dan OCOP melalui jaringan produksi, pasar,
permodalan dan dunia industri usaha.
- Pengembangan
keterampilan peserta didik diorientasikan dengan memanfaatkan potensi
unggulan di desa atau kota, sehingga menghasilkan produk atau jasa
unggulan yang mampu meningkatkan produktifitas masyarakat.
- Penguatan
jaringan kerjasama untuk mendukung keberhasilan OKOP dan OCOP dilakukan
dalam membangun peserta didik untuk bekerja maupun merintis pengembangan
usaha mandiri melalui program pendidikan kecakapan hidup.
Sumber Rujukan Tambahan:
Carolyn Medel-AƱonuevo,
Integrating Life long Learning Perspectives, (Hamburg: UNESCO
Institute for Education), 2002.
Dirjen PNFI
Dep.Dik.Nas, Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Tahun 2009.
Peace Corps, Nonformal
Education Manual, (Washington :
Information Collection and Exchange), 2004.
Comments
Post a Comment