pendidikan agama, penghubung manusia dengan alam sepanjang usia.

dalam sejarahnya, pendidikan diungkap dalam dua istilah berbeda. pedagogi sebagai bentuk pendidikan bagi usia anak hingga remaja. sedangkan andragogi adalah bentuk pendidikan yang peserta didiknya meliputi usia dewasa. menilik sejarah tersebut, sejak dulu manusia selalu mengalami pendidikan dan membutuhkan pendidikan. mungkin naif bila dikatakan manusia hingga usia lanjut usia sekalipun adakalanya tidak membutuhkan pendidikan. karena semulia-mulianya manusia dibanding dengan mahluk lain, tetap saja ada saat dimana manusia memerlukan bantuan orang lain. dalam pengertian ini, pendidikan diberi interpretasi halus. sebagai upaya untuk mengarahkan, membimbing, membina manusia dari tahu menjadi tahu. itulah makna esensial pendidikan dalam pemahaman pedagogi dan andragogi tersebut. tentu dalam definisi universal, dalam berbagai hal tentunya. bahkan untuk mengarahkan seorang manusia untuk bisa melakukan hal yang negatif sekalipun, diperlukan pendidikan. apalagi untuk membentuknya menjadi mahluk yang benar-benar terhormat dan mulia dibanding yang lain. pertanyaannya, apakah manusia sudah benar-benar mulia? apa bukti dan indikasi kemuliaan manusia dibanding mahluk lain?

nilai yang ada pada fikiran manusia, sejak dulu hanya ada dua, baik dan buruk. baik merupakan aspek ideal dalam segala aspek kehidupan. sedangkan buruk adalah sebaliknya. karena dalam berbagai wujud ril maupun tidak ril, ada dua aspek baik dan buruk. manusia yang terlahir sebagai kertas putih, tabula rasa, sangatlah jernih tak terkotori oleh apapun. hingga ia mengetahui sesuatu yang mendorongnya untuk berbuat. kedua nilai tersebut melekat pada perbuatannya. jika ditelaah lebih dalam, hanya ada dua entitas dalam dunia ini, manusia dan mahluk lain yang ada di sekitarnya dan yang meliputi dan telah memasuki seluruh fikirannya.

terkait dengan agama, semua manusia sepakat bahwa agama membawa pesan-pesan yang menghubungan diri manusia dengan lingkungan sekitarnya. dalam bentuk hubungan-hubungan positif. bersifat konservatif dan konstruktif. hanya mereka yang hipokrit yang menganggap agama sebagai bagian dari kehidupan yang tidak memiliki substansi tersebut.

bagi manusia, agama sebagai penyeimbang dalam kehidupannya. agama yang bersifat spiritual mampu menyeimbangkan kualitas intelektual dalam diri manusia. agama yang bersifat spiritual akan dapat menandingi kapasitas material dalam diri manusia. hingga banyak manusia yang terlalu melenakan diri dalam intelektualitas dan materialitasnya, mengalami split personalitas hingga psikopat. penyakit kejiwaan tersebut disebabkan oleh rendahnya kesadaran spiritual dan rendahnya kemampuan merasakan adanya kekuatan yang diluar nalar manusia yang menggerakkan intelektual dan segala materi di alam ini.

pesan agama yang fundamental memerlukan metode tersendiri dalam penanamannya. sehingga tepat
bila pembelajaran agama dilakukan sejak buaian hingga ketika manusia sedetik mendekati ajalnya.

Comments

Popular posts from this blog

kajian adab lokal; Sidakep bari balem

memprogram otak