sentuhan artificial intelligence dalam dakwah

selamat datang era baru peradaban. kalimat ini cukup usang dan lusuh apabila ada di temukan di tulisan-tulisan millenial. kecuali bagi mereka yang baru lahir dan mereka yang baru memahami kompleksitas peradaban masa kini. begitu panjang rentang sejarah dan jurang pemisah antara baby boomer dengan kaum millenial. namun masing-masing generasi memiliki karakteristik serta capabilitas tertentu dalam menentukan arah aspirasi kehidupan yang semakin meningkat. di antara ciri peradaban baru adalah munculnya semangat dan gairah dalam mempermudah segala aspek kehidupan. diawali dengan mode analog hingga digital. dari tombol-tombol kasar pada piranti-piranti teknis hingga sentuhan dan jentikan jemari untuk mengaktivasi piranti lunak yang dibuat demi kemudahan dan percepatan kinerja yang mendukung efektifitas dan efisiensi tinggi.

pada tahun 50an masyarakat sains mencoba membangun sebuah teknologi terobosan baru dalam bidang komputasi. hanya dengan sepuluh peneliti, dunia dikejutkan oleh lahirnya teknologi artificial inteligen awal yang kasar namun inovatif dan inventif. memodifikasi mesin robotik agar memiliki kecerdasan layaknya kemampuan humanis. memiliki kemampuan sensorik motorik hingga kemampuan nalar paling rumit sekalipun yang hanya bisa dilakukan oleh einstein. kaum babyboomer tersebut mengawali kehidupan dengan salahsatu tujuannya adalah mempercepat segala bentuk proses dan akurasinya. bahkan beberapa dekade akhir, eksistensi manusia terancam oleh lahirnya robot robot pekerja yang diperbantukan pada industri industri besar dan kecil. meminggirkan manusia yang harus dibayar mahal dan terkadang dapat menurunkan kredibilitas perusahaan.

satu hal yang tak dimiliki oleh artificial intelugen adalah kemampuan merasa atau feel. yang hanya dimiliki oleh manusia sebagai mahluk yang diberi potensi untuk mengolah hati (heart/mind/love).

di balik itu, peradaban yang semakin tak terbendung, kompleksitas peradaban yang meningkat, meningkat pula kompleksitas karakter.

dakwah memiliki tugas yang berat. apabila tidak menyesuaikan dengan zaman. sudah saatnya islam mencoba membuat dakwah yang solihun likulli zaman wal makaan.

bila industri memanfaatkan peradaban tersebut, posisi komputasi dan digitalisasi dalam peradaban selayaknya dapat membantu pula dalam meningkatkan efektifitas dan efisieni dakwah.

satu satunya keunggulan dakwah adalah kemampuannya untuk menyentuh heart and mind pada sisi kemanusiaan. karena dakwah memiliki potensi besar yang tidak dimiliki yang lain, yakmi love (rahmatan lil alamiin).

kini dakwah harus disentuh oleh optimasi digitalisasi melalui windows bahkan android. cukup hanya dengan menjadikan islam sebagai misi propaganda positif. minimal dengan mengingatkan dn lebih darinitu untuk menambah wawasan keagamaan. meskipun belum bisa menyentuh bagian internal struktur dalam diri manusia. setidaknya, pesan pesan keagamaan dapat tersampaikan kepada khalayak yang lebih besar secara cepat dan akurasi tinggi juga dapat menstimulasi ranah believing manusia untuk memyadarkan mereka tentang eksistensinya.

Comments

Popular posts from this blog

kajian adab lokal; Sidakep bari balem

memprogram otak