Transendensi Dakwah Bilruh

Transendensi Dakwah Bilruh

Dikisahkan, ada seorang non muslim yang bertamu kepada syekh Ahmad Shohibul Wafa. Ia datang tanpa sebab apapun selain tergerak oleh mimpinya yang didatangi oleh syekh. Dikisahkan, bahwa dahulu syekh Abdul Qodir pernah didatangi oleh seorang nasrani yang hendak mengucapkan kalimah syahadat sebagai ganti seorang wali abdal yang meninggal saat itu. Dikisahkan, bahwa Abah Aos pernah didatangi oleh seorang non muslim yang kejadiannya hampir mirip dengan kisah Abah Anom tersebut. Diceritakan, ada seorang murid yang setiap kali melaksanakan suhbah bersama Abah Aos pasti membawa permasalahan pribadi dengan segudang pertanyaan dalam benaknya. Pada saat suhbah, pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dalam fikirannya. Namun Abah Aos dalam pembicaraannya mengarah kepada permasalahan tersebut dengan disertai oleh solusi atas permasalahan tersebut.

Satu kata untuk kisah-kisah di atas, yakni alam bawah sadar. Mengapa mimpi? Karena mimpi merupakan dimensi ruang bawah sadar. Akumulasi pengalaman yang menumpuk hingga memenuhi ruang tersebut. Manusia tidak hidup di alam itu dan jarang sekali manusia yang mampu menjalani kehidupan di alam itu. Dengan kata lain, mampu merasakan alam bawah sadar. Di alam itulah terletak kehidupan yang abadi sama halnya dengan keabadian ruh manusia itu sendiri. Pengalaman menumpuk disebabkan banyaknya sensasi yang secara tidak disadari telah terrekam. Sensasi dalam bentuk kekecewaan, kebahagiaan, ketenangan, keindahan, dan sejenisnya. Sehingga tepat jika dikatakan bahwa selain sebagai mahluk sosial, biologis, juga manusia sebagai mahluk spiritual. Spiritual adalah kedamaian, ketenangan, cinta dan kasih sayang, keindahan, kenyamanan, kebaikan. Ketika seorang manusia mendapati dirinya dalam kondisi sulit, tidak aman, tidak teratur, pemarah, tidak mampu mengontrol emosi, dan sejenisnya, maka saat itulah ia mendapatkan jalan menuju gerbang spiritual. Kondisi psikologis yang tak menentu disimbolkan dengan qalbu. Dimana psikologis manusia memiliki ketidak pastian arah dan seringkali berubah. Qalbu ini dipengaruhi oleh fuad. Dan adalah fuad yang berperan dalam menentukan kondisi spiritual seseorang.

Dari kisah-kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman spiritual merupakan pengalaman eksisten. Dalam bahasa jerman, eksisten bermakna kecemasan. Seorang mengalami kecemasan hingga menemukan celah untuk keluar dari kecemasannya. Ketika mendapatkan kecemasan, maka potensi untuk mengaktifkan spiritualitas yang ada dalam ruhnya sangatlah besar. Benar sekali, kecemasan seringkali dirasakan dalam menjalani kehidupan ketika beranggapan jika masa depan realitas tidak sesuai dengan ekspektasi.

Namun dari kecemasan tersebut muncul figur karakter yang memiliki peran sebagai guide yang menuntun jalan keluar dari kecemasan. Kisah luar biasa di luar nalar seperti spontanitas syekh menghampiri seseorang tanpa adanya sedikitpun memori bahkan pengalaman yang berkaitan, merupakan satu hal yang sulit dijelaskan. Tetapi jawaban yang tepat mengapa itu terjadi, adalah bahwa yang mengalami harus mencari dan menjalankan apa ia lihat dalam mimpinya.
Jawaban yang didapatkan dari syekh merupakan jawaban observatif syekh atas kondisi shadr seorang murid sebagai simbol qalbu dan fuadnya. Ketika murid menemukan jawaban pada pembicaraan syekh, fuadlah yang menemukan. Ketika syekh menjawab pertanyaan spontan, fuad syekhlah yang memainkan perannya dalam observasi spiritual murid. “Maa kadzabal fuaadu maa ro'aa”. Apapun yang sensasional, pandangan fuad langsung menangkap informasi tersebut. Saat itulah kualitas ruh atau spiritual seseorang hidup.

Dakwah adalah proses sistemik penyampaian pesan antara dua pihak. Ruh adalah sesuatu yang tidak nampak dan sangat tidak disadari adanya dalam diri yang mendorong manusia untuk bersikap dan berbuat. “Qul ruuhu min amri robbi, wamaa utitum minal ilmi illaa qolilan”. Spontanitas seseorang dalam membuat keputusan merupakan kinerja ruhi atau spiritual. Yang tidak memerlukan pemikiran bahkan nalar sedikitpun.

Jadi, dakwah bilruh dapat terjadi ketika seorang manusia masuk ke alam tak sadar dan menerima pesan kebaikan dari da’i yang juga bersifat ruhi atau spiritual. Kesamaannya dengan stage hipnotis, prosesnya terjadi dengan mengkondisikan alam bawah sadar. Sedangkan perbedaannya, stage hipnotis memiliki dampak labil karena dapat berubah kembali ke kondisi awal dengan segala properti informasinya yang tidak bertahan lama dan hanya memasuki ruang memori. Sedangkan dakwah bil ruh, memiliki dampak permanen, kondisi dimana informasi yang didapatkan tidak mudah bahkan tidak akan menghilang melainkan melekat dan terjiwai oleh informasi tersebut.

Jika diklasifikasikan, dari peristiwa spiritual di atas, dakwah bil ruh ada dua jenis, dilihat dari prosesnya. Pertama, dakwah bil ruh proses fisik.  Kedua dakwah bil ruh proses nonfisik.

Bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

kajian adab lokal; Sidakep bari balem

memprogram otak